Senin, 25 Agustus 2014

China terus kembangkan kemampuan jet tempur siluman J-20 Chengdu


China telah mengembangkan pesawat siluman generasi kelima J-20 Chengdu yang diharapkan dapat bersaing dengan F-35 Joint Strike Fighter, yang dibangun oleh Lockheed Martin Corporation (LMT) serta Rusia T-50.


Seorang pengusaha China telah ditangkap karena mencuri data desain jet tempur F-35 dan F-22. Data yang dicuri itu dimaksudkan untuk membantu dalam mendesain ulang J-20, dan agar membuat jet tempur F-35 menjadi usang bahkan sebelum mereka menjadi operasional. F-35 jet adalah bagian dari program yang paling mahal di Departemen Pertahanan AS sampai saat ini.


Prototipe pertama dari J-20 fighter dirilis pada tahun 2011, dah pengembangan pesawat itu sangat cepat. Pada tanggal 26 Juli, prototipe keempat dilaporkan telah terbang selama dua jam sebelum melakukan pendaratan yang sukses. Semua prototipe revisi dari J-20 membawa perubahan besar dalam desain pesawat dengan meningkatkan kemampuan siluman, seperti mengubah lebar sayap pesawat, dan desain intake udara. Semua perbaikan desain ini diyakini didorong oleh pencurian desain data F-35 dan F-22.



Seorang pejabat pemerintah di Asia mengatakan bahwa sekitar 20 jet tempur siluman J-20 diharapkan berfungsi secara penuh dan beroperasi sebelum akhir dekade ini. Dengan kemampuan serang sekitar 1.000 mil laut, jet ini memungkinkan Angkatan Udara China untuk mengakses berbagai lapangan udara China yang memiliki ketegangan ekonomi atau teritorial dengan, termasuk Jepang, Vietnam, dan Filipina.

Richard Fisher, seorang spesialis sistem senjata China, mengkhawatirkan bahwa jika China telah berhasil mendapatkan akses desain yang berkaitan dengan sistem sensor canggih yang dibangun ke F-35, maka Lockheed Martin harus memodifikasi F-35 yang desain untuk menjaga keunggulan tempur dalam medan pertempuran.

Untuk memastikan bahwa J-20 tetap tidak terdeteksi, telah dilaporkan bawa jet tempur itu memiliki Radar Active elektronik Scanned Array (AESA) yang terpasang pada hidung pesawat, yang memungkinkan penggunakan rentang frekuensi untuk memastikan bahwa jet tersebut tidak terdeteksi saat beroperasi.

Penempatan radar AESA sangat mirip dengan yang di F-35 Lockheed Martin. Oleh karena itu, para analis telah menyimpulkan bahwa produsen jet China seperti Chengdu telah menggunakan desain pesawat yang sudah ada untuk mempercepat proses pengembangan jet tempur mereka sendiri, dan mengurangi kemungkinan rasa malu yang timbul dari desain cacat dan atau rekayasa jet tempur mereka.

Pada catatan terkait, Jepang juga mempertimbangkan untuk memasuki pasar manufaktur jet tempur, setelah menangguhkan pembangunan jet tempur bersama Amerika Serikat, yang telah menghasilkan pengembangan jet tempur F-2, dua tahun lalu. Pesawat ini diperkirakan pensiun pada 2028 dan Kementerian Pertahanan Jepang berencana meminta dana sekitar $ 387 juta, pada bulan April 2015, untuk menguji mesin dan desain badan pesawat dari jet siluman. (bidnessetc.com|JKGR)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar