Senin, 23 Juni 2014

Kisah Agen Ganda untuk al-Qaeda dan Intelijen Inggris


Pria ini bernama Morten Storm. Dia lahir di Denmark pada tahun 1976. Dia adalah anak seorang pemabuk dan tinggal dengan ayah tiri yang kejam. Pukulan dari ayah tiri hampir setiap hari mendarat di tubuh Storm dan ibunya.


Di usia 13 tahun, dia mencoba melakukan perampokan bersenjata. Aksi dengan pistol itu merupakan kejahatan pertamanya. Sejak itu, dia kerap terlibat perkelahian jalanan. Di usia 20-an tahun, dia dijuluki psikoat Denmark termuda.

”Saya bergabung dengan sebuah geng motor yang dikenal sebagai Bandidos, saingan mematikan dari Hell Angels, yang mereka berjuang dengan senjata dan pisau di setiap kesempatan,” katanya, mengisahkan masa lalunya.
 


Kehidupan jalanan membuatnya berpikir untuk memainkan peran yang lebih “cerdas”. Dia menjalin kontak dengan intelijen Inggris, M15 sekaligus kelompok-kelompok militan radikal. Dia kemudian tinggal di Inggris.

Sejak itulah dia memulai peran sebagai agen ganda. Di setiap kesempatan, dia pernah nyaris setiap hari di berbagai tempat umum tampil dengan pakaian ala jihadis di Timur Tengah.

Storm yang mengaku mualaf, akhirnya mengungkap rahasianya yang menjadi agen ganda untuk kelompok al-Qaeda sekaligus intelijen Inggris, M15, setelah dia keluar dari keduanya.

Ketemu Tokoh al-Qaeda
Kisahnya jadi agen al-Qaeda diawali tahun 2012. Dari Inggris, dia melakukan perjalanan melintasi gurun berdebu menembus wilayah Yaman dengan senapan Kalashnikov di tangannya. Misinya kala itu, untuk menemui tokoh utama al-Qaeda yang disebut-sebut sebagai penerus Osama bin Laden.

Dalam misinya itu dia menggunakan nama Murad al-Danmarki. Sebelum melakukan misi itu, dia ternyata sudah lama menjalin kontak dengan para tokoh al-Qaeda. Pada suatu malam pada Januari 2012, dia disambut temannya yang dia percaya di al-Qaeda.

Temannya itulah yang membawanya menemui salah satu pemimpin al-Qaeda, Nasir al-Wuhayshi. Kepada pemimpin itu, Storm mengucapkan sumpah setianya.”Saya akan setia kepada pemimpin dan akan berjuang di jalan Tuhan,” ucapnya mengenang peristiwa tahun 2012, yang dikutip Mail Online, Sabtu (21/6/2014).

Saat berposisi sebagai agen al-Qaeda, Storm sesumbar mendedikasikan hidupnya untuk menghancurkan Amerika Serikat dan Inggris. “Selama lima tahun lama saya telah berpose sebagai militan jihad. Pada kenyataannya, saya adalah mata-mata, bekerja menyamar untuk badan-badan intelijen Barat,” katanya.

Selama menjadi agen al-Qaeda, dia juga akrab dengan eksekusi brutal kelompok yang didirikan Osama bin Laden itu. Dia mengakui merasa takut jika identitasnya yang sebenarnya terbongkar. Setidaknya, jika hal itu terjadi dia memprediksi tubuhnya akan disalib dan dibiarkan menggantung berhari-hari.


Menjadi agen ganda, cukup merepotkan hidup Storm. Selama berada di London, Luton dan Birmingham, di mana dia beroperasi menjadi agen al-Qaeda, Storm mengaku lelah karena tidak bisa menanggalkan atribut ala jihadisnya.

Sebab, jika atribut itu dilepas, para militan radikal di Inggris yang ditemuinya di berbagai jalan akan curiga. Bahkan, dalam penyamaran itu pun keluarganya tidak tahu.”Istri saya, Fadia, tidak tahu siapa saya sebenarnya, termasuk anak-anak saya,” katanya. (Baca: Kisah Agen Ganda untuk al-Qaeda dan Intelijen Inggris (1))

Storm merasa harus bolak-balik menjalani kehidupan dua dunia dengan dua identitas.”Saya berganti identitas ketika berada dalam bandara, bolak balik menjadi ateis dan militan garis keras. Antara berbahsa Arab dan Inggris, dan antara berjubah dengan mengenakan T-shirt,” tuturnya, seperti dikutip Mail Online, Sabtu (21/6/2014).

Saat berperan sebagai agen M15, Storm mengaku pernah berhasil menanam peralatan yang pada rudal pesawat tak berawak Amerika Serikat yang ditujukan terhadap orang-orang paling berbahaya di dunia ini.


Tidak Nyaman

Menjalani kehidupan sebagai agen ganda, Storm juga tidak nyaman. Dia pernah berkonsultasi dengan psikolog M15. Psikolog itu menyebut apa yang dilakukannya adalah memainkan peranan yang kejam. ”Apa yang akan Anda lakukan jika Anda berada dengan al-Qaeda dan memerintahkan untuk mengeksekusi tahanan?,” kata Storm menirukan pertanyaan psikolog M15.

”Sebelum saya bisa menjawab, dia mengatakan kepada saya apa, bahwa saya hanya punya satu jawaban. ‘Anda akan membunuhnya agar tidak menarik kecurigaan atau keraguan’, katanya lagi menirukan pesan psikolog M15 itu.

Gaya hidup seperti itu membuatnya jenuh. Dia merasa masih ada waktu untuk mengakhiri perannya sebagai agen ganda. Dia akhirnya keluar dari keduanya, baik al-Qaeda maupun M15 tanpa menyebut tanggal atau tahun dia keluar dari perannya itu. (Sindo)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar