Situasi di Irak semakin kacau balau setelah para militan al-Qaeda dari kelompok Negara Isalam Irak dan Levant (ISIL/ISIS) terus melancarakan serangan besar-besaran untuk merebut Ibukota Baghdad. Rusia menyalahkan Amerika Serikat (AS) atas kacauanya negara di Timur Tengah itu.
Seorang militan al-Qaeda dengan senjatanya beraksi di wilayah Mosul, Irak utara |
”Berbagai peristiwa di Irak menggambarkan kegagalan total penyerbuan yang melibatkan AS dan Inggris,” demikian laporan sejumlah media Rusia, Jumat (13/6/2014) mengutip pernyataan Lavrov.
AS disalahkan, sebab sejak invasi tahun 2003 yang berujung pada tumbanngnya rezim ditaktor Saddam Hussein, Irak hingga kini terus mengalami kekacauan. Hingga kini, setengah juta rakyat di Mosul telah melarikan diri setelah kota di Irak utara itu diserbu dan diduduki militan al-Qaeda.
”Kami sangat khawatir dengan apa yang terjadi di Irak. Kami memperingatkan, bahwa invasi lama yang dilakukan oleh Amerika dan Inggris tidak akan berakhir dengan baik,” kata Lavrov.
”Kami berdiri dalam solidaritas dengan para pemimpin Irak, rakyat Irak yang harus memulihkan perdamaian dan keamanan di negara mereka, tetapi tindakan mitra Barat kami menyebabkan sejumlah besar pertanyaan,” kritik Lavrov.
Sementara itu, seperti dikutip Reuters, AS menyatakan siap untuk membantu Irak, termasuk bantuan militer guna menumpas para militan. Sedangkan Inggris menegaskan, tidak akan mengirim kembali pasukannya ke Irak. (Baca: Al-Qaeda Bikin Kacau, Irak Persilakan AS untuk Agresi)
Menteri Luar Negeri Inggris, William Hague, aksi militan pemberontak di Irak adalah imbas dari konflik di Suriah. Namun, komentara itu dikecam Lavrov. ”Kami sudah tahu bahwa mitra kami, Inggris memiliki kemampuan unik untuk mendistorsi apa saja dan segalanya.” (Sindo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar