Jumat, 02 Mei 2014

Sekjen PBB desak Israel-Palestina hindari tindakan sepihak


Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, Kamis (1/5), mendesak Israel dan Palestina agar bertindak bijaksana dan menghindari tindakan sepihak yang akan "memusnahkan prospek" bagi dilanjutkannya perundingan.

Sekjen PBB desak Israel-Palestina hindari tindakan sepihak

Di dalam satu pernyataan yang dikeluarkan oleh juru bicaranya, Ban mengatakan, "Semua pihak berkewajiban saling meyakinkan bahwa mereka adalah mitra bagi perdamaian. Masyarakat internasional juga harus menegakkan komitmen yang sudah lama mereka sampaikan untuk mewujudkan penyelesaian perdamaian menyeluruh," lapor Xinhua.

Saat menyeru semua pihak terkait agar memanfaatkan waktu secara konstruktif guna menemukan jalan maju yang berarti, Ban mendesak semua pihak agar "bertindak bijaksana dan menghindari tindakan sepihak yang akan memusnahkan prospek bagi dilanjutkannya perundingan dan mencapai kesepakatan".


Pemimpin PBB itu menyatakan, sebagaimana tercermin di dalam debat Dewan Keamanan yang diselenggarakan pada Selasa (29/4), sekarang lah waktunya bagi masyarakat internasional dan semua pihak untuk mencerminkan cara memelihara prospek bagi penyelesaian dua-negara, demikian laporan Xinhua.

Pernyataan tersebut dikeluarkan dua hari setelah debat dua-hari di Dewan Keamanan, saat negara anggota mendesak kedua pihak agar melanjutkan pembicaraan.

Di tengah upaya untuk memperpanjang perundingan sampai melewati tenggat 29 April, Israel membekukan pembicaraan pekan sebelumnya setelah Faksi Palestina Fatah menandatangani kesepakatan perujukan dengan HAMAS. Israel memandang HAMAS sebagai "organisasi teroris" yang menyerukan pemusnahan Israel.

Kedua pihak melanjutkan perundingan pada Juli lalu, setelah semua upaya oleh Menteri Luar Negeri AS John Kerry, setelah macet kontak diplomatik resmi selama tiga tahun.

Pada Selasa (29/4), Presiden Mahmud Abbas mengatakan tidak akan ada perdamaian dengan Israel tanpa terlebih dulu menetapkan perbatasan-perbatasan bagi satu negara Palestina mendatang.

"Sejak pembentukan Israel, tidak seorangpun yang tahu perbatasan itu. Kami memutuskan untuk mengetahui perbatasan kami dan mereka, tanpa itu tidak akan ada perdamaian," kata Abbas saat batas waktu sembilan bulan yang ditetapkan Washington bagi tercapainya satu perjanjian perdamaian berahir, yang menyebabkan proses itu terkatung-katung.

Dalam satu pidato televisi, Abbas meletakkan syarat-syarat bagi dimulainya kembali perundingan perdamaian dengan Israel yang dilanda krisis itu. Perundingan itu tidak membuat kemajuan sejak diluncurkan 29 Juli tahun lalu. (AntaraNews)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar