Ketegangan yang terjadi antara Vietnam dengan Tiongkok yang dipicu pengeboran minyak di Laut China Selatan, turut membuat prihatin Indonesia. Menteri Luar Negeri RI, Marty Natalegawa, menyerukan agar kedua pihak menahan diri, menghormati komitmen yang tercermin dalam Deklarasi Tata Kelakuan Baik bagi semua pihak di LCS (DOC) dan menghindari langkah yang dapat menambah ketegangan.
"Hanya ada satu pilihan di depan kita: yaitu penyelesaian sengketa secara damai," ujar Marty.
Penggunaan kekerasan, pelanggaran hukum internasional, termasuk Konvensi Hukum Laut PBB dan DOC, lanjut Marty, tidak memiliki tempat di kawasan Asia Tenggara saat ini.
"Indonesia secara aktif berkomunikasi dengan semua pihak dan mendesak adanya komunikasi. Selain itu, kami juga meminta kedua pihak untuk menahan diri," kata Marty.
RI khawatir peningkatan ketegangan dan miskalkulasi ini akan menambah jumlah korban. Sejauh ini akibat manuver-manuver yang membahayakan, menyebabkan tidak hanya korban jiwa, tetapi juga adanya kerusakan materi.
Itu semua dipicu dari aksi pengeboran minyak oleh Tiongkok di laut yang tengah disengketakan dengan Vietnam. Kapal dari kedua negara lalu muncul di area itu.
Keduanya mengklaim saling ditabrak. Sementara itu, kapal Tiongkok terlihat menembakkan meriam air ke kapal Vietnam.
Tidak terima, warga Vietnam lalu berunjuk rasa dan membakar beberapa pabrik di area Bin Duongh. Sebanyak lima warga Vietnam dan satu pekerja Tiongkok tewas dalam aksi unjuk rasa yang berakhir ricuh tersebut. (VivaNews)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar