Rabu, 02 April 2014

PBB Siap Bantu Evakuasi Ribuan Warga Korban Konflik


BADAN Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurusi pengungsi pada Selasa, menyatakan pihaknya telah menyiapkan langkah-langkah untuk mengungsikan sebanyak 19.000 warga yang berisiko diserang oleh milisi dari kelompok berbeda keyakinan di Republik Afrika Tengah yang dilanda konflik.


"Apa yang tak ingin kami lakukan ialah diam saja dan membiarkan orang-orang dibantai," kata wanita juru bicara UNHCR Fatoumata Lejeune-Kaba kepada wartawan di Jenewa.

Ia mengatakan kelompok yang disebut milisi Anti-Balaka menguasai rute-rute utama ke dan dari Bangui dan juga sejumlah kota dan desa di bagian barat daya negara itu.


Mereka mengancam warga yang berlainan keyakinan di kawasan dekat Ibu Kota, di Boda, Carnot dan Berberti ke arah barat dan Bossangoa lebih ke utara, kata dia.

"Kami takut akan nasib 19.000 orang di lokasi-lokasi tersebut," katanya.

Menurut dia, UNHCR siap membantu evakuasi ke kawasan-kawasan lebih aman di dalam atau luar negara itu.

"Kehadiran pasukan (internasional) mencegah mereka dibantai saat ini," kata jubir UNHCR itu.

Staf PBB bergerak menuju kota Bemal di utara Selasa guna membahas kemungkinan relokasi warga yang terancam dibunuh di sana, tapi Lejeune-Kaba menyatakan sulit karena warga setempat takut menyambut orang-orang yang dievakuasi dapat memicu pergolakan ke kawasan itu.

Republik Afrika Tengah yang tak stabil terjerembab ke dalam kekacauan setelah kelompok gerilyawan Seleka yang telah membantu mendongkel Presiden Francois Bozize setahun lalu menolak meletakkan senjata mereka.

Kampanye mereka pembunuhan, pemerkosaan dan penjarahan membuat para anggota dari kelompok-kelompok saingannya membentuk grup-grup perlawanan, yang juga dituduh melakukan kejahatan yang biadab.

Sekitar 8.000 tentara internasional bekerja untuk mengatasi krisis di bekas koloni Prancis itu, tempat lebih 2.000 orang dibunuh sejak Desember.

Pada saat puncak krisis berlangsung Desember dan Januari, lebih seperempat dari 4,6 juta penduduk Repeblik Afrika Tengah itu meninggalkan rumah-rumah mereka ke tempat-tempat aman.

Pertumpahan darah baru telah memaksa hampir 16.000 orang meninggalkan rumah-rumah mereka di ibu kota sejak awal pekan lalu sendiri, kata Lejeune-Kaba.

Berdasarkan angka UNHCR, 637.000 orang secara keseleuruhan sekarang mengungsi di dalam negeri, termasuk 207.000 orang di Bangui, sedangkan 82.000 orang mengungsi ke negara-negara tetangga dalam tiga bulan terakhir.

Jumlah korban meninggal dalam kekerasan meningkat jadi lebih 60 orang di ibu kota sejak 22 Maret, kata Cecile Pouilly, wanita juru bicara kantor hak asasi manusia PBB kepada wartawan Selasa.

Dia menunjuk khususnya serangan granat atas upacara penguburan di Bangui. Dalam peristiwa itu sedikitnya 20 orang meninggal pada 27 Maret, dan 24 orang lagi tewas pada Sabtu oleh tentara Chad.

"Tampaknya tentara Chad melepaskan tembakan membabi buta atas kerumunan warga menyusul suatu insiden," kata dia, dengan menekankan bahwa kantornya "masih mencoba mengonfirmasi afiliasi para tenetara itu".

Pouilly juga mengatakan satu tim PBB akan dikirim ke negara itu untuk menyelidiki tuduna-tuduhan bahwa tentara Chad mendukung Seleka. (Jurnas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar