Senin, 21 April 2014

Baku Tembak Tewaskan Lima Orang, Ukraina-Rusia Saling Tuding


Baku tembak terjadi kemarin dekat kota yang dikuasai oleh para separatis pro-Rusia di Ukraina, Slovyansk. Lima orang tewas dalam insiden tersebut. Kedua pihak, Ukraina dan Rusia, saling tuding soal siapa yang mulai menembak lebih dulu.

Baku Tembak Tewaskan Lima Orang, Ukraina-Rusia Saling Tuding

Diberitakan Fox News, Minggu 20 April 2014, insiden penembakan ini terjadi di pos pemeriksaan separatis pro-Rusia di wilayah Ukraina timur itu. Jumlah korban masih simpang siur, Daily Mail menuliskan bahwa tiga aktivis pro-Rusia dan dua dari kubu Ukraina tewas.

Pihak keamanan Ukraina menuduh serangan tersebut dilakukan atas provokasi "kekuatan dari luar" yang secara tidak langsung menuding Rusia. Pemerintahan Kremlin yang telah mencaplok Crimea memang telah menurunkan puluhan ribu pasukannya di sepanjang perbatasan Ukraina. Presiden Vladimir Putin berdalih pasukannya itu ditempatkan untuk berlatih.


Sesaat setelah peristiwa penembakan terjadi, Moskow langsung mengeluarkan pernyataan yang membantah tuduhan tersebut. Kementerian Luar Negeri Rusia menuduh Right Sector, sebuah kelompok nasionalis pro-Barat di Ukraina yang memicu penembakan.

Stasiun berita Rusia menunjukkan barang-barang yang disita dari penyerang. Di antara benda tersebut adalah dua kendaraan yang bolong-bolong ditembaki peluru, senjata, amunisi, peta dan yang paling penting, kartu nama Dmytro Yarosh, pemimpin Right Sector.

Bukti kartu nama ini lantas menjadi olok-olok di Twitter oleh warga Ukraina, dengan hashtag "VizitkaYarosha," atau kartu nama Yarosh. Yarosh sendiri membantah bahwa kelompoknya terlibat dalam baku tembak tersebut.

Baku tembak ini merusak hasil perundingan di Jenewa pekan lalu. Dalam pertemuan kala itu, Rusia, Ukraina, Amerika Serikat dan Uni Eropa, menyerukan dilakukannya berbagai tindakan, termasuk perlucutan senjata kelompok militan dan membebaskan bangunan publik yang dikuasai pemberontak.

Keputusan ini diprotes oleh kelompok bersenjata pro-Rusia yang telah menguasai kantor polisi dan gedung pemerintahan di Ukraina timur. Mereka mengatakan tidak akan  menyerah sampai pemerintahan Ukraina yang sekarang mengundurkan diri.

Para pemberontak mengatakan bahwa pemerintah saat ini yang menggulingkan presiden sebelumnya, Viktor Yanukovych, telah menekan warga minoritas yang berbahasa Rusia. Ukraina timur, basis pendukung Yanukovych memiliki populasi warga berbahasa Rusia yang banyak. (VivaNews)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar