Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berpandangan positif soal insiden kecelakaan pesawat Malaysian Airlines di kawasan Vietnam. Sebab momentum penyelesaian pencarian korban dan pesawat ini bisa dijadikan momen perdamaian.
Seperti yang diketahui, sampai saat ini kawasan laut China selatan masih menjadi perebutan antara negara. Sekilas sengketa itu, Cina mengklaim sebagian besar kawasan ini. Kawasan ini terbentang ratusan mil dari selatan sampai timur di Propinsi Hainan. Beijing mengatakan hak mereka atas kawasan itu bermula dari 2.000 tahun lalu dan kawasan Paracel dan Spratly merupakan bagian dari bangsa China.
Tahun 1947, Cina mengeluarkan peta yang merinci klaim kedaulatan negara itu. Peta itu menunjukkan dua rangkaian pulau yang masuk dalam wilayah mereka. Klaim itu juga diangkat Taiwan, yang masih dianggap Cina sebagai provinsinya yang membangkang. Vietnam menyanggah klaim Cina dengan mengatakan Beijing tidak pernah mengklaim kedaulatan atas kepulauan itu sampai tahun 1940-an dan mengatakan dua kepulauah itu masuk dalam wilayah mereka.
Sementara, Malaysia dan Brunei juga mengklaim sebagian kawasan di Laut Cina Selatan itu yang menurut dua negara itu masuk dalam zone ekslusif ekonomi, seperti yang ditetapkan dalam Konvensi PBB tentang Hukum Laut tahun 1982. Brunei tidak mengklaim dua kepuluaan itu namun Malaysia menyatakan sejumlah kecil kawasan di Spratly adalah milik mereka.
Presiden SBY menjelaskan dalam akun Twitternya, jika momentum pencarian pesawat dan korban pesawat tercanggih Malaysia itu bisa dijadkan momentum persamaan, perdamaian dan kerjasama di kawasan China Selatan.
"Semoga momentum ini bisa digunakan untuk kedepankan persamaan, perdamaian dan kerjasama di kawasan Cina Selatan untuk misi kemanusiaan," kata SBY, Senin (10/3) pagi.
Sementara, sebagai negara terbesar di kawasan Asia Tenggara, Indonesia berkali-kali menyerukan perdamaian. Akhir tahun lalu, SBY menyuarakan keprihatinannya atas sengketa wilayah di Laut Cina Selatan. Dalam pidatonya di Tokyo, SBY menyatakan perhatiannya atas desakan Jepang untuk mempererat hubungan regional.
Para pejabat Jepang mengatakan sedang menyusun pernyataan bersama Jepang-Asean yang akan terbit. Pernyataan itu berisi kecaman terhadap upaya membelenggu kebebasan untuk berlayar dan terbang di kawasan tersebut. KTT itu menjadi ajang pertama bagi sejumlah negara untuk mengritik kebijakan baru Beijing secara tersirat. (JN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar