Selasa, 04 Maret 2014

Jerman peringatkan untuk tidak keluarkan Rusia dari G8


Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier pada Minggu memperingatkan untuk tidak mengeluarkan Rusia dari Kelompok Delapan negara industri terkemuka dalam menanggapi peran Moskow pada ketegangan di Ukraina.


Tanggapan itu muncul sesudah Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry memperingatkan Moskow tentang ancaman kehilangan kursi kelompok bergengsi G8 akibat kemelut Ukraina. Rusia bergabung dalam kelompok itu pada 1998, lapor AFP.

"G8 adalah satu-satunya badan tempat kita --orang Barat-- berbicara langsung dengan Rusia. Jadi, haruskah kita betul-betul mengorbankan badan satu-satunya ini? " kata Steinmeier di televisi umum Jerman ARD.


Ia mendesak pemimpin dunia bekerja menenangkan kemelut di Ukraina.

Steinmeier menyatakan kepala pemerintahan akan membahas masalah tersebut pada pekan ini, tapi memperingatkan terhadap setiap langkah, yang dapat memperburuk kemelut.

"Saya pikir kita harus melihat bagaimana memberi sumbangan kepada peredaan keadaan di Ukraina," katanya.

Ia mendesak Ukraina dan Rusia berunding, jika perlu melalui perantara.

Berbeda dengan Amerika Serikat dan Rusia, Jerman --ekonomi terbesar Eropa-- bukan salah satu dari lima anggota tetap pemegang hak veto Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Kerry pada Minggu menyatakan Washington dan sekutu G8-nya siap menerapkan hukuman terhadap Moskow, memperingatan akan kerusakan miliaran dolar AS dalam perdagangan dan permodalan serta kemungkinan penolakan visa terhadap Rusia.

Inggris dan Prancis sebelumnya mengumumkan akan menangguhkan keikutsertaan mereka dalam pembicaraan persiapan sebelum pertemuan puncak G8, yang direncanakan di Sochi pada Juni.

Amerika Serikat pada Jumat memperingatkan bahwa Presiden Barack Obama dan pemimpin Eropa lainnya bisa tak hadir di temu puncak Sochi jika mereka menilai Rusia merebut kedaulatan Ukraina.

Jerman, sangat bergantung pada gas alam Rusia, menjadi pasar ekspor terbesar Gazprom, penghasil gas yang dikendalikan negara Rusia.

Dengan mengabaikan peringatan dari pemimpin Barat, Presiden Rusia Vladimir Putin pada Sabtu mendapat izin parlemen untuk menggunakan kekuatan tentara di Ukraina. Tujuannya adalah melindungi warga Rusia di Ukraina menyusul penggulingan presiden dukungan Rusia Viktor Yanukovich sepekan lalu.

Pasukan Rusia menduduki Crimea, semenanjung Laut Hitam dengan sebagian besar penutur bahasa Rusia, tempat  pangkalan angkatan laut utama Moskow. (Antara)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar