Hanya dua minggu setelah pasukan Rusia merebut semenanjung Crimea, referendum berhasil memutuskan Crimea meninggalkan Ukraina dan bergabung dengan Rusia.
Warga Crimea memberikan suara di referendum untuk menentukan gabung dengan Rusia atau tetap menjadi otonomi Ukraina |
Pemungutan suara yang secara luas dikecam oleh para pemimpin Barat ini pun diiringin dengan hukuman dan sanksi ekonomi untuk Rusia.
Sementara suara masih dihitung, kerumunan warga Crimea di sekitar patung Vladimir Lenin di pusat Simferopol merayakan dengan nyanyian dan tarian. Banyak bendera Rusia dikibarkan dan beberapa dari mereka membentangkan sebuah spanduk bertuliskan tulisan tangan "Kami orang Rusia dan bangga akan hal itu. Kembang api pun meledak di langit Crimea.
"Kami ingin kembali ke rumah dan hari ini kita akan kembali ke rumah," kata Viktoria Chernyshova, seorang pengusaha berusia 38 tahun . "Kami harus menyelamatkan diri dari badut-badut berprinsip yang telah mengambil kekuasaan di Kiev."
Sementara itu, pemerintah baru Ukraina di Kiev menyebut referendum itu ibarat sebuah "sirkus" yang disutradarai di bawah todongan senjata Moskow. Hal ini mengacu pada ribuan tentara yang kini menempati semenanjung.
Referendum ditawarkan pada pemilih pilihan di tengah upaya aneksasi oleh Rusia. Dua pilihan yang diajukan dalam referendum tersebut adalah bergabung dengan Rusia atau tetap di Ukraina dengan otonomi yang lebih besar.
Setelah 50 persen suara dihitung, lebih dari 95 persen pemilih telah menyetujui bergabung dengan Rusia, demikian disampaikan Mikhail Malishev, Ketua Komite Referendum. (JN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar