Para Menteri Luar Negeri Uni Eropa berusaha menengahi penyelesaian politik di Ukraina setelah bentrokan antara demonstran anti-pemerintah dan polisi menewaskan setidaknya 75 orang dalam dua hari kekerasan terburuk di negara pecahan Uni Soviet tersebut.
Api dan asap memenuhi Independence Square saat aksi protes menentang pemerintahan terjadi di Kiev, Ukraina |
Seperti dikutip dari Reuters, Jumat, 21 Februari 2014, menurut pernyataan pejabat Uni Eropa, para menteri dari Jerman, Prancis, dan Polandia telah memulai “malam negosiasi sulit” dengan Presiden Ukraina Victor Yanukovych dan pihak oposisi.
Selain Menlu Uni Eropa, banyak juga yang hadir dalam perundingan ini, seperti pemimpin oposisi, pembicara parlemen, dan sejumlah anggota parlemen. Dalam perundingan tersebut, Menlu Uni Eropa berharap rencana untuk membentuk pemerintahan sementara dan memajukan pemilihan umum bisa membawa perdamaian bagi negara ini.
Namun demikian, Menteri Luar Negeri Prancis, Laurent Fabius, menuturkan, perundingan masih berjalan alot. “Tidak ada kesepakatan untuk saat ini. negosiasi sangat sulit dan kami sedang bekerja utuk mencapai solusi damai,” katanya.
Alotnya perundingan ini memaksa tiga menlu tersebut untuk bertahan lebih lama di Ukraina. Mereka yang telah bernegosiasi sejak Kamis kemarin memperpanjang masa tinggal mereka hingga hari ini. (Tempo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar