Kerusuhan terjadi di wilayah mayoritas Muslim Uighur di Xinjiang, China, hari Minggu lalu. Sebanyak 14 orang warga Muslim Xinjiang tewas ditembak aparat kepolisian dalam kerusuhan tersebut.
Diberitakan Reuters, Selasa 17 Desember 2013, laporan ini baru diterbitkan media di China pada Senin kemarin. Enam orang dilaporkan ditahan menyusul kerusuhan yang juga menewaskan dua orang polisi ini.
Belasan warga tewas ditembaki oleh polisi China. Menurut pernyataan pemerintah setempat, kerusuhan dipicu oleh penggerebekan polisi di sebuah rumah tempat berkumpulnya kelompok ekstrem di desa Kashgar.
Pemerintah Xinjiang mengatakan, polisi diserang oleh bahan peledak dan pisau oleh kelompok yang terdiri dari 20 orang yang terbentuk Agustus lalu itu. Pemimpinnya disebut bernama Hesen Ismail.
Sebelumnya China menyalahkan kelompok militan Islam atas berbagai kekerasan di Xinjiang. Namun kemarin, Kementerian Luar Negeri China sama sekali tidak menyinggung perihal kelompok radikal, hanya mengatakan "gang teror kekerasan menyerang polisi dengan peledak."
Klaim pemerintah China ini tidak bisa dikonfirmasi kebenarannya. Pasalnya, wartawan asing sulit masuk wilayah sensitif di Xinjiang. Polisi yang dihubungi Reuters juga menolak memberikan informasi soal peristiwa itu.
Kelompok Muslim Uighur di pengasingan kerap mengatakan bahwa ini adalah cara China memberangus umat Islam di wilayah itu. Walaupun China menggembar-gemborkan kebebasan di Xinjiang, namun warga Muslim berbahasa Turkic ini mengaku kebebasan beragama, berbudaya, dan berbahasa mereka dibatasi oleh pemerintah Partai Komunis.
Sumber : VivaNews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar