Senin, 18 November 2013

Jerman Luncurkan UAS Sagitta pada 2015


 Setelah pengembangan dan pengujian elemen inti dari "Sagitta", UAS (Unmanned Aerial Systems) desain Jerman, kini program memasuki tahap integrasi dan pengujian selama dua tahun, yang puncak uji terbangnya akan terjadi pada 2015. Proses pengintegrasian berlangsung di Cassidian Military Air Systems Center Manching, dekat Munich, Jerman. Selanjutnya, penelitian akan terfokus pada sayap terbang berekornya yang memiliki lebar 12 meter. Demonstrator (purwarupa) Sagitta pertama kali dibangun dalam skala yang lebih kecil yaitu 1:4 dan ujian pertamanya menembus angin telah berhasil dilewati.

Jerman Luncurkan UAS Sagitta pada 2015

Setelah 2 tahun mengerjakan desain secara intens, bagian pertama dari struktur serat karbonnya yang sangat ringan sekarang dalam produksi, dan perakitan komponen avionik dan peralatan lainnya juga sudah dimulai. Proses integrasi kemungkinan akan memakan waktu 1 tahun, dan akan selesai pada akhir 2014 untuk selanjutnya uji coba terbang.


"Sagitta merupakan contoh sempurna dari kerjasama yang baik antara industri, lembaga penelitan dan perguruan tinggi di bidang high-tech dan penelitian yang berorientasi ke masa depan," kata Aimo Buelte, Kepala Riset & Teknologi di Cassidian. "Tujuan dibangunnya Sagitta adalah untuk meningkatkan pengetahuan kami tentang Unmanned Aerial Systems, karena UAS adalah masa depan penerbangan," tambah Aimo.

Program pembangunan bersama UAS Sagitta ini terdiri dari tujuh bidang pengembangan, yaitu: desain awal pesawat, aerodinamika, flight control system, komunikasi dan pengolahan data, flight control yang berbasis vision dan kemampuan air refueling, bahan dan struktur, dan flight control otonom, simulasi dan sistem integrasi. Proses pengembangan yang juga mencakup pembuatan demonstrator Sagitta bertujuan untuk memverifikasi keabsahan dan kelayakan hasil penelitian teoritis.

[Kredit foto: Cassidian]
UAV dan UAS, keduanya sama-sama terbang dan tanpa awak. Tidak ada definisi resmi untuk perbedaan keduanya, namun UAS dianggap akan lebih otonom dari UAV. Industri dirgantara modern dan militer AS kini juga lebih memilih istilah UAS untuk UAV-UAV 'masa depan'.



Sumber : Artileri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar