Senin, 07 Oktober 2013

Frustasi dengan Perang Suriah, Brahimi Putus Asa dan Ingin Mundur


Utusan perdamaian PBB dan Liga Arab untuk Suriah Lakhdar Brahimi mendesak pihak Suriah yang terus berperang untuk mengadakan pembicaraan "tanpa prasyarat". Ia juga berharap perundingan benar-benar bisa berlangsung di Jenewa pada akhir November ini.

Frustasi dengan Perang Suriah, Brahimi Putus Asa dan Ingin Mundur

Dalam sebuah wawancara dengan saluran televisi Perancis TV5 Monde Brahimi juga menyatakan frustrasi yang mendalam dengan proses perdamaian Suriah yang macet. Ia mengakui ingin rasanya mengundurkan diri dari pos yang dipercayakan padanya.

Ketika ditanya soal pembicaraan perdamaian yang didukung PBB pada November ini, Brahimi berkata, "Tidak ada kepastian."


"Saya mencoba untuk mengundang semua orang pad November. Kita akan lihat. Namun, saya seorang realis."

Sejauh ini, kekuatan dunia mendesak rezim Suriah dan oposisi ambil mengambil bagian dalam pembicaraan damai yang bertujuan meluncurkan proses transisi politik untuk mengakhiri perang saudara di negara itu.

Pihak oposisi telah mengatakan tidak akan bernegosiasi, kecuali Presiden Bashar al-Assad lengser. Tapi Brahimi mengatakan, kondisi itu harus dikesampingkan.

"Kami akan ke Jenewa tanpa prasyarat. Bashar al-Assad tidak bisa mengatakan bahwa dia tidak ingin bernegosiasi dengan 'X' atau 'Y' dan itu hal yang sama untuk oposisi," kata Brahimi .

Konferensi perdamaian yang dijuluki Geneva 2 akan memutuskan bagaimana menerapkan deklarasi yang telah disepakati oleh negara-negara besar di kota Swiss pada bulan Juni 2012 soal pemerintahan transisi di Suriah .

Setidaknya semua lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB, Inggris, China, Prancis, Rusia dan Amerika Serikat akan terlibat dalam pembicaraan dan Brahimi mengatakan negara-negara kunci lain bisa ambil bagian.

"Iran dan Arab Saudi harus hadir di Geneva 2," kata Brahimi.

Ia mengatakan ia telah membahas masalah tersebut dengan Presiden Iran Hassan Rowhani dan Teheran memang ingin berada di perundingan itu.

Menyuarakan frustrasi pada kesulitan untuk mendudukkan kedua belah pihak dalam satu meja, Brahimi mengatakan," Ini mustahil. Saya merasa seperti ingin mengundurkan diri karena sangat sulit. Kita tidak bergerak maju. Orang-orang (rezim dan pemberontak) tidak mendengarkan saya." (JN)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar