Kamis, 10 Oktober 2013

China perketat embargo komponen nuklir terhadap Korea Utara


China mengacaukan program nuklir Korea Utara dengan melakukan embargo ekspor ke Pyongyang terhadap peralatan yang dibutuhkan untuk perkembangan program tersebut.

China perketat embargo komponen nuklir terhadap Korea Utara

Langkah tersebut menandakan peningkatan tekanan publik yang tidak terduga atas Korea Utara yang dilakukan oleh China, yang telah menjadi pendukung serta sekutu satu-satunya bagi negara tersebut selama beberapa generasi.

Kementerian Perdagangan China mempublikasikan daftar tersebut pada tanggal 23 September. Daftar tersebut mencantumkan "komponen untuk perangkat peledak nuklir serta sistem roket," British Broadcasting Corp. [BBC] melaporkan pada tanggal 24 September.

“Daftar tersebut mencantumkan teknologi dalam bidang nuklir, misil, kimia, dan biologis,” ungkap BBC.


Kementerian Perdagangan menjelaskan tindakannya, bahwa embargo ini akan memperkuat sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa [PBB] terhadap Korea Utara, dan menekan negara tersebut untuk mengakhiri program nuklirnya. Pada bulan Maret, China menyetujui resolusi Badan Keamanan PBB setelah kesuksesan Korea Utara dalam peluncuran misil balistik antar-benua multi tahap, dan melaksanakan uji nuklir bawah tanah pada bulan Februari.

“Sebelumnya kekuatan dunia Barat telah mengkritik China karena tidak secara tegas memperkuat sanksi PBB yang diterapkan terhadap Korea Utara dengan adanya program nuklir tersebut,” menurut laporan BBC. “Namun hubungan Beijing dan Pyongyang telah sangat menegang dalam beberapa bulan terakhir ini.”

Pemerintahan Presiden A.S. Barack Obama menyambut gerakan Beijing tersebut. Obama sedang mengupayakan hubungan yang lebih hangat dengan Beijing setelah keberhasilan pertemuan tingkat tinggi dengan Presiden China, Xi Jinping, di California pada bulan Juni lalu.

Para analis mengatakan bahwa China memiliki kekuatan untuk menerapkan sanksinya dan jika mereka melakukannya, program nuklir Korea Utara akan rusak.

StrategyPage.com memposting “China Menunda Ancaman Nuklir,” pada tanggal 30 September. “Sekarang, setelah China benar-benar bergabung dengan upaya internasional untuk melarang ekspor senjata ke Korea Utara, program senjata nuklir mereka akan setidaknya tertunda,” menurut situs web tersebut.

“Pelarangan pihak China berarti bahwa banyak bahan industri yang dibutuhkan Korea Utara untuk membuat hulu ledak nuklir, tidak lagi tersedia dengan mudah dari para produsen China. Ini penting karena Korea Utara belum ‘mempersenjatai’ rancangan perangkat nuklir mereka agar berfungsi bagi suatu misil [atau bahkan bom pesawat]," dijelaskannya.

China terus menekan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, dan telah berhasil menekan Pakistan yang memiliki senjata nuklir untuk menjual senjata nuklir mereka ke Korea Utara. Pakistan, yang memiliki hubungan persahabatan panjang dengan China dan juga merupakan sekutu A.S., diyakini memiliki lebih dari 100 hulu ledak nuklir.

“China tampaknya telah membujuk Pakistan untuk menolak tawaran Korea Utara dalam pembelian teknologi hulu ledak,” ungkap StrategyPage.com.

“Bagi Korea Utara, hambatan terbesar dalam penggunaan kepemilikan senjata nuklir, terletak pada rancangan hulu ledak yang andal,” situs web tersebut menjelaskan. “Menguji rancangan yang demikian tanpa benar-benar menembakkan nuklir aktif ke lautan, membutuhkan sekumpulan teknologi lain [serta komputer berkinerja tinggi] yang tidak dimiliki oleh Korea Utara.”

“Korea Utara telah menjadi kreatif dalam menghadapi situasi seperti ini di masa lalu, dan dapat membuat beberapa dari bahan industri yang telah dilarang tersebut, namun upaya tambahan ini akan memakan waktu beberapa tahun. Perolehan beberapa bahan kimia kunci dan elektronik teknologi tinggi secara illegal membutuhkan uang kontan dan waktu untuk pengaturannya,” tulis StrategyPage.com.

“Jika pemerintahan Korea Utara tetap berlangsung selama lima hingga 10 tahun ke depan, kemungkinan mereka akan memiliki hulu ledak yang berfungsi bagi misil-misil tersebut, atau setidaknya yang cukup ringkas dan andal untuk diluncurkan dari pesawat. China telah berketetapan untuk mencegah hal tersebut terjadi, namun mereka tidak membagi rencana tersebut dengan orang lain," situs tersebut mengatakan.

Para analis telah menyebutkan bahwa Korea Utara mungkin merasa terisolasi karena Presiden baru Iran, Hassan Rouhani, telah mengumumkan keinginan untuk melibatkan Amerika Serikat dalam negosiasi program pengembangan nuklir negaranya.

Ralph Winnie, kepala dari program China di Eurasian Business Coalition, Washington, D.C., mengatakan kepada Asia Pacific Defense Forum [APDF] bahwa tindakan China yang makin keras terhadap Korea Utara harus dipandang dalam konteks perubahan generasi di Beijing, yang terjadi ketika Presiden Xi mengambil alih kepemimpinan pada awal tahun ini.

“Korea Utara bergantung selama lebih dari setengah abad pada kenangan Tentara Pembebasan Rakyat China yang bertempur di sisinya selama Perang Korea,” demikian katanya. “Namun sekarang generasi baru menjalankan pemerintahan di China dan mereka memandang Korea Utara sebagai negara berbahaya dengan tindakan tidak terduga dan tidak menentu. Mereka merasa lebih mudah berurusan dengan Korea Selatan. Namun mereka takut bahwa Utara akan merusak pertumbuhan ekonomi yang damai dan kerja sama dengan Amerika Serikat serta seluruh Asia Timur Laut, yang disadari sebagai kebutuhan penting China.”

Roger Cavazos, seorang analis di Nautilus, mengatakan kepada The New York Times bahwa daftar barang yang dikenai embargo mencakup “keramik yang dibutuhkan untuk melindungi hulu ledak ketika kembali memasuki atmosfer bumi di atas suatu misil” dan "logam paduan yang dibutuhkan dalam pengayaan uranium; keahlian metalurgi Korea Utara diperkirakan rendah.”

Publikasi daftar tersebut mungkin juga berhubungan dengan tindakan China beberapa bulan terakhir dalam peningkatan keamanan perbatasan daratannya dengan Korea Utara. Perbatasan tersebut menjadi makin sulit dilalui oleh para penyelundup dan pedagang manusia, dari kedua sisi. Tindakan keras ini telah membuat kondisi di Korea Utara makin keras, dan memaksa produsen metamfetamin lepas waktu dari negara tersebut untuk mengembangkan pasar lokal yang miskin, dan tidak melemparkan narkoba mereka ke China dan Jepang seperti sebelumnya.

Pengetatan perbatasan juga akan mempermudah China untuk menerapkan daftar embargo barunya terhadap Pyongyang. (APD)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar