Sedikitnya 53 orang tewas dan lebih dari 100 orang lainya luka-luka saat dua pembom bunuh diri, Minggu (22/9), melancarkan serangan di sebuah gereja di kota Peshawar di Pakistan barat laut yang bergolak, kata sejumlah pejabat. Peristiwa itu merupakan salah satu serangan paling mematikan selama bertahun-tahun terhadap umat Kristen di Pakistan yang mayoritas penduduknya Muslim.
Sekelompok polisi terlihat berpatroli sambil membawa senjata berat di kota Peshawar, Pakistan. | AFP |
Angka korban tewas itu disampaikan Dokter Sher Ali, wakil pengawas medis Rumah Sakit Lady Reading, sebuah rumah sakit utama di Peshawar.
Komisaris polisi Peshawar, Sahibzada Anees, mengatakan kepada wartawan bahwa para pembom menyerang saat kebaktian di geraja itu baru saja berakhir. "Sebagian besar korban luka berada dalam kondisi kritis," kata Anees. Ia menambahkan, pengamanan khusus telah diberlakukan untuk melindungi gereja itu. "Kami berada di sebuah daerah yang merupakan sasaran terorisme dan di dalam daerah itu sudah ada pengaturan keamanan khusus untuk gereja. Kami kini berada dalam fase penyelamatan dan setelah itu selesai kami akan menyelidiki apa yang salah," tambahnya.
Seorang guru, Nazir Khan, 50 tahun, mengatakan kebaktian baru saja berakhir dan setidaknya 400 umat saling menyapa ketika terjadi sebuah ledakan besar. "Sebuah ledakan besar menghempaskan saya di lantai dan begitu saya kembali sadar, ledakan kedua terjadi dan saya melihat orang-orang yang terluka di mana-mana," kata Khan kepada kantor berita AFP.
Tayangan televisi menunjukkan sejumlah ambulans bergegas untuk membawa mereka yang terluka ke rumah sakit. Para kerabat yang berduka berkumpul di luar gereja dan meneriakkan sejumlah slogan terhadap polisi terkait kelalaian dalam pengamanan.
Perdana Menteri Pakistan, Nawaz Sharif, mengecam keras pengeboman itu. "Teroris itu tidak punya agama dan menyasar orang yang tidak bersalah jelas bertentangan dengan ajaran Islam dan semua agama," katanya dalam sebuah pernyataan. Sharif mengatakan, "Tindakan kejam dari terorisme mencerminkan kebrutalan dan pola pikir yang tidak manusiawi dari para teroris itu." Dia menyampaikan rasa solidaritas kepada komunitas Kristen dan simpati yang mendalam kepada anggota keluarga para korban.
Hanya ada dua persen dari 180 juta populasi Pakistan 180 yang beragama Kristen. Komunitas Kristen sebagian besar miskin dan mengeluhkan meningkatnya diskriminasi.
Komisi AS tentang Kebebasan Beragama Internasional telah memperingatkan bahwa risiko bagi kaum minoritas Pakistan telah mencapai tingkat krisis. Tahun 2010, seorang perempaun Kristen dijatuhi hukuman mati karena dakwaan penghujatan. Tahun 2009, di kota Gojra, massa membakar 77 rumah dan menewaskan tujuh orang setelah ada rumor bahwa sebuah kitab suci Alquran telah dinodai.Tahun lalu seorang gadis muda Kristen mendekam tiga minggu di penjara setelah dituduh menghujat. Kasusnya kemudian dicabut tapi gadis itu berserta keluarganya telah bersembunyi sejak itu karena takut akan keamanan nyawa mereka. (Kompas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar