Minggu, 14 Juli 2013

Spionase Amerika Serikat Bisa Bikin Marah Dunia


Para pemimpin Amerika Selatan Latin, Jumat kemarin, menyampaikan pesan keras kepada Washington menyangkut dugaan-dugaan Amerika Serikat memata-matai kawasan Amerika Selatan.  

Spionase Amerika Serikat Bisa Bikin Marah Dunia
Seorang seniman bermain gitar di bawah kubah antena tertutup grafiti di bekas stasiun penyadapan Badan Keamanan Nasional (NSA) di bukit Teufelsberg, Berlin, Jerman, Minggu (30/6). Amerika Serikat menyadap setengah juta panggilan telepon, surat elektronik, dan SMS di Jerman selama sebulan dan telah mengklasifikasikan salah satu sekutu terbesarnya di Eropa itu sebagai target mirip China Hal ini sebagian dari seluruh yang diungkap Edward Snowden. (REUTERS/Pawel Kopczynski)
 
Lebih jauh, kasus bermula dari pengungkapan bekas kontraktor Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat yang kini buron, Edward Snowden, dinyatakan telah membuat marah dunia kepada negara adikuasa itu. Aktivitas spionase itu harus dikutuk dunia, kata mereka.

Pernyataan keras juga disampaikan berkaitan hak-hak mereka memberikan suaka kepada buronan Amerika Serikat, yang merupakan bekas pegawai kontrak badan intelijen negara itu, Edward Snowden.


Menutup hubungan tegang yang telah berlangsung dua minggu antara Amerika Serikat dan Amerika Selatan soal Snowden, para presiden negara-negara blok Mercosur menggelar pertemuan di Montevideo, Uruguay.

Pengaduan-pengaduan tentang Amerika Serikat mengemuka luas agenda pada pertemuan itu.

Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, pada penutupan pertemuan tingkat tinggi itu mengatakan blok Amerika Latin akan mengeluarkan pernyataan resmi yang menentang kegiatan mata-mata Amerika Serikat di kawasan tersebut dan menegaskan hak suaka sebagai hak-hak mendasar.

"Kasus spionase global ini telah mengguncang kesadaran rakyat Amerika Serikat dan telah membuat marah dunia," kata Maduro. "Hal itu menegaskan masalah kunci soal etika politik."

Negara-negara blok Mercosur meliputi Venezuela, Brazil, Argentina, Uruguay, dan Paraguay.

"Tindakan spionase apapun yang melanggar HAM, di atas semua hak dasar tentang kerahasiaan pribadi dan yang bersifat mengecilkan kedaulatan negara, harus dikutuk negara manapun yang menyatakan dirinya demokratis," kata Presiden Brazil, Dilma Rousseff, kepada para wartawan saat tiba di tempat pertemuan.

Rousseff, yang dipenjara dan disiksa di bawah kekuasaan militer di Brazil awal '70an, mengatakan, masalah HAM penting bagi negara-negara Amerika Latin yang pernah hidup di bawah kekuasaan diktator selama bertahun-tahun dan sekarang telah menjadi negara-negara demokratis.

Pertemuan itu berlangsung di tengah laporan-laporan yang muncul, Snowden berencana meminta suaka sementara kepada Rusia. Para pemimpin berhaluan kiri di Venezuela, Bolivia, dan Nikaragua telah menawarkan suaka bagi Snowden.

Para pemimpin di Amerika Latin memperlihatkan kemarahan terhadap laporan-laporan yang mengatakan, NSA telah menargetkan sebagian besar negara di kawasan itu dalam program mata-mata dengan melakukan pengintaian terhadap lalu lintas internet; terutama di Kolombia, Venezuela, Brazil dan Meksiko.

"Inilah dunia tempat kita tinggal; dunia dengan penjajahan bentuk baru," kata Presiden Argentina, Cristina Fernandez, dalam pidato penutupan yang disampaikannya di Montevideo.

"(Penjajahan) ini lebih halus dibandingkan dua abad lalu, ketika mereka datang dengan tentara mereka untuk mengambil perak dan emas kami."

Kolombia --sekutu militer terdekat Washington di Amerika Latin-- dan Meksiko, mitra dagang utama Amerika Serikat, bersatu dengan para pemerintah negara-negara Amerika Latin mencari jawaban setelah muncul dugaan spionase Amerika Serikat yang diungkapkan koran di Brazil, Selasa lalu. (Antara)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar