Rabu, 10 Juli 2013

Frustrasi dengan Karzai, AS Percepat Penarikan Pasukan


Pemerintah Amerika Serikat secara serius mempertimbangkan kemungkinan mempercepat penarikan mundur pasukannya dari Afganistan karena frustrasi atas sikap Presiden Hamid Karzai. Demikian harian The New York Times melaporkan, Selasa (9/7/2013) pagi WIB.

Frustrasi dengan Karzai, AS Percepat Penarikan Pasukan

Rencana yang disebut "zero option" itu, alias tak ada lagi satu pun prajurit AS di Afganistan setelah 2014, menjadi salah satu pilihan Pemerintah AS saat ini.

Presiden AS Barack Obama berkomitmen untuk mengakhiri keterlibatan militer AS di Afganistan pada akhir 2014. Namun, AS dan Afganistan masih bernegosiasi terkait penempatan sejumlah kecil pasukan AS di negeri itu setelah 2014.


Namun, hubungan antara Obama dan Presiden Hamid Karzai memburuk setelah upaya AS membuka pembicaraan damai dengan Taliban di Qatar bulan lalu.

Harian The New York Times melaporkan, Karzai menentang rencana pembicaraan AS-Taliban dan langsung menunda semua pembicaraan dengan AS terkait perjanjian keamanan jangka panjang kedua negara.

Berdasarkan sejumlah informasi dari para pejabat kedua negara, Presiden Obama dan Karzai melakukan pembicaraan jarak jauh menggunakan video untuk meluruskan masalah. Namun, pembicaraan itu berakhir buruk.

Karzai menuding AS berencana melakukan pembicaraan damai terpisah dengan Taliban dan pendukung kelompok itu di Pakistan. Karzai menilai langkah AS ini membuat Afganistan semakin terbuka dan rentan terhadap serangan lawan.

Hingga kini, belum dicapai kesepakatan soal jumlah personel militer AS yang akan disisakan di Afganistan, apalagi kini pembicaraan kedua negara dalam kondisi terhenti.

Sejumlah pejabat AS berharap, Pemerintah Afganistan kini menyadari bahwa "zero option" kini menjadi kemungkinan yang paling realistis untuk diambil Amerika Serikat.

Pada Februari 2014, separuh dari 68.000 personel militer AS yang masih ada di Afganistan akan ditarik mundur. Sementara itu, militer dan polisi Afganistan mulai mengambil alih masalah keamanan dari pasukan NATO. (Kompas)

2 komentar:

  1. Kerjaan AS sdh selesai mengobrak abrik militer Afganista lalu menempatkan pebisnisnya (benalu) utk menguasai minyak, AS cari lahan baru yaitu di Asia Pasifik yg kaya2 ekonominya dan berlimpah cadangan gas/minyak. Siapa yg masuk perangkap AS, utk dimainkan/dikorbankan agar AS dpt masuk dg kekuatan militernya dan menghabisinya negara yg dianggap teroris/komunis yg kalah hrs mbayar upeti ke AS yg sdg bangkrut keuangannya. Hati2 Indonesia jangan dijadikan lahan dagangan AS spt Timor Timur(kita dibantu dana utk menghancurkan komunis, selanjutnya kita dikenai pelanggaran HAM).Enak AS sambil cerutuan melepas Timtim dr Indonesia................

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itulah tipikal AS, pada konflik di Mesir juga sudah pasti AS ikut terlibat.

      Hapus