Rabu, 02 September 2015

Jaringan Serigala Perak Turki jadi kambing hitam bom Bangkok

Perkembangan kasus ledakan bom di Kuil Erawan, Ibu Kota Bangkok, Thailand, pada 17 Agustus lalu menukik tak terduga. Tiba-tiba saja, dalam 48 jam terakhir beberapa orang Turki ditangkapi polisi Negeri Gajah Putih. Mereka dianggap jaringan yang merencanakan aksi terorisme itu.



Pelaku semula dituding berasal dari kelompok anti-pemerintah, alias pendukung mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra yang dikudeta militer. Spekulasi ini dilontarkan langsung oleh Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha tanpa ragu-ragu di hadapan wartawan, sehari setelah insiden merenggut nyawa 20 orang itu, termasuk seorang WNI, serta melukai 125 warga lainnya.

Kemarin (1/9), Prayuth - mantan jenderal militer itu - meralat teorinya sendiri. Dia mengatakan otak utama peledakan bom Kuil Erawan adalah warga Turki. Sosok tak disebut identitasnya ini ditangkap petugas imigrasi dan polisi ketika hendak menyeberang ke Kamboja dari area Sa Kaeo.


"Kami masih terus menginterogasinya. Dia adalah tersangka utama," kata PM Thailand, seperti dilansir Channel News Asia.

Juru bicara Kepolisian Thailand, Prawut Thavornsiri, secara terbuka menyatakan organisasi teror yang mereka kejar berasal dari Turki. Ada data imigrasi menunjukkan 15 hari sebelum ledakan di pusat bisnis Bangkok itu, 20 warga negara Turki datang bersamaan ke negara mayoritas Buddha tersebut.

"Kemungkinan rombongan orang Turki yang datang di tanggal yang sama sebelum insiden lebih dari (20)," ungkap Prawut.

Lembaga Kajian Terorisme IHS-Jane, Anthony Davies, mengaku belum sepenuhnya yakin ledakan di Bangkok, termasuk upaya melempar granat sehari setelah insiden di dekat sungai Chao Praya, dilakukan jaringan Turki. Tapi seandainya memang warga Turki biang keroknya, maka mereka kemungkinan kelompok 'Serigala Perak'.

Organisasi teror ini berpaham ultranasionalis, mendukung perjuangan etnis Turkistan di seluruh dunia. Artinya, menurut Davies, teror di Kuil Erawan memang balas dendam atas keputusan Thailand mendeportasi 109 imigran Uighur pada dua bulan lalu ke China.

'Serigala Perak' selama ini mendukung pembebasan etnis Turkistan yang ditindas, baik itu warga Uighur di China ataupun minoritas di Chechnya. Di Provinsi Xinjiang, China, beberapa kelompok Uighur memproklamirkan berdirinya Negara Turkistan Timur, kegiatan makar yang mengundang intervensi militer dari Beijing.

Sebelum menangkap 'tersangka' utama di perbatasan Kamboja, Kepolisan Thailand sudah mencokok pria bernama Adem Karadag pada Sabtu (29/8) lalu. Adem tidak jelas status warga negaranya, karena punya lebih dari lima paspor saat diciduk di salah satu apartemen Distrik Nong Chok, Ibu Kota Bangkok.

Belakangan, Polisi Negeri Gajah Putih menambah tersangka baru, yakni perempuan bernama Wanna Suansan. Wanita asli Thailand beragama muslim itu dituding membantu komplotan Turki menjalankan aksinya.

Wanna menikahi warga negara Turki dan kini tinggal di sana. Perempuan 26 tahun asal Desa Phang-nga, Thailand ini membantah terlibat terorisme. Kepada surat kabar the New York Times, dia mengaku siap pulang ke tanah airnya untuk membuktikan bahwa dirinya tak bersalah.

"Surat perintah penahanan itu jelas sebuah kesalahan," kata Wanna dalam keterangan tertulis. (Merdeka)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...