Sabtu, 16 Januari 2016

Teror Bom Jakarta dan Kembalinya Para Teroris Asia Tenggara

Teror bom yang melanda Jakarta dinilai mengkonfirmasi ketakutan terburuk negara-negara Asia Tenggara. Hal ditambah banyaknya warga Asia Tenggara yang pulang usai bertempur bersama Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) dan siap melakukan serangan di negara asalnya.


"Kita tahu bahwa mereka (ISIS) memiliki keinginan untuk mendeklarasikan sebuah provinsi di kawasan ini dan ada beberapa kelompok di kawasan... yang telah menyatakan sumpah setia kepada mereka," sebut pakar militan Asia Tenggara dari Nanyang Technological University di Singapura, Kumar Ramakrishna, seperti dilansir AFP, Jumat (15/1/2016).

"Ancaman para petempur dari Asia Tenggara yang pulang usai diradikalisasi di wilayah Irak maupun Suriah menjadi faktor kekhawatiran lain, bersama dengan kemungkinan pelaku serangan yang diradikalisasi sendiri," imbuhnya.


Teror bom Thamrin yang terjadi pada Kamis (14/1) pagi menewaskan dua warga sipil, yang salah satunya warga negara Kanada dan juga lima pelaku. Kapolda Metro Irjen Pol Tito Karnavian sebelumnya menyebut, warga Indonesia bernama Bahrun Naim yang terkait ISIS sebagai dalang teror Thamrin. Bahrun disebut berambisi menjadi pemimpin ISIS di kawasan Asia Tenggara dengan mendirikan kelompok Katibah Nusantara.

Bahrun dikabarkan pergi ke Suriah tahun 2014 setelah bebas dari penjara. Dia sempat dihukum penjara 2 tahun 6 bulan karena kedapatan menyimpan amunisi peluru tanpa izin.

Dalam komunikasinya dengan Reuters, melalui layanan pesan Telegram, pada November 2015, Bahrun menyatakan ada lebih dari cukup pendukung ISIS yang bisa melakukan aksi di Indonesia. "Tunggu saja pemicu yang tepat," ucap Bahrun saat itu, seperti dilansir Reuters.

Secara terpisah, perusahaan konsultan keamanan yang berbasis di New York, The Soufan Group menyebut bahwa sekitar 500-700 warga Indonesia yang pergi ke Suriah dan Irak untuk bertempur bersama ISIS, telah kembali pulang. Orang-orang ini pulang membawa ancaman untuk negara asalnya.

"Pemerintah di kawasan ini, harus bekerja bersama untuk mencegah pembentukan kekhalifahan satelit karena jika satelit semacam itu dideklarasikan, ancaman di Asia Tenggara akan berkembang," ucap pakar terorisme kawasan Asia Tenggara, Rohan Gunratna.

"Ada kelompok-kelompok berbasis di Indonesia dan Filipina yang telah menyatakan kesetiaan pada IS (nama lain ISIS) dan kelompok-kelompok itu harus dimusnahkan," imbuhnya.

Filipina Khawatir Warganya Akan Direkrut ISIS

Teror bom Jakarta yang diklaim dilakukan kelompok ISIS membuat pemerintah Filipina khawatir. Manila khawatir bahwa para jihadis ISIS akan merekrut warganya yang bekerja di Timur Tengah.

Presiden Filipina Benigno Aquino mengatakan kepada para wartawan di Manila, otoritas intelijen Filipina akan meminta mitra-mitranya di Timur Tengah untuk memonitor kemungkinan radikalisasi di kalangan komunitas Filipina di wilayah tersebut. Jumlah warga Filipina yang bekerja di Timur Tengah mencapai sekitar dua juta orang.

Menurut Aquino seperti dilansir AFP, Jumat (15/1/2016), sejauh ini tak ada ancaman kredibel serangan ISIS di Filipina, menyusul ledakan-ledakan bom dan penembakan di Jakarta pada Kamis (14/1) kemarin. Namun diingatkannya mengenai adanya ancaman umum.

"Kita harus hati-hati. Kita akan berkoordinasi dengan badan-badan intelijen Timur Tengah untuk memonitor komunitas ini guna melihat apakah mereka telah dipengaruhi ISIS," tutur Aquino.

"Apakah ada ancaman kredibel? Apakah ada ancaman spesifik? Tidak ada. Apakah ada ancaman umum? Ya. Kita tidak kebal dari masalah ekstremisme," tandas Aquino.

Sebelumnya, kelompok ekstremis setempat, Abu Sayyaf belum lama ini merilis sebuah video yang menyatakan kesetiaan kepada ISIS. Namun klaim ini ditanggapi enteng oleh Aquino. Menurutnya, Abu Sayyaf hanya ingin mendompleng ketenaran ISIS yang dikenal bengis itu.

Polisi Malaysia Tangkap 1 Tersangka Militan ISIS

Kepolisian Malaysia menangkap seorang tersangka militan ISIS di sebuah stasiun kereta api di Kuala Lumpur. Polisi menyita senjata dan dokumen-dokumen terkait ISIS dari kediaman pria itu.

Inspektur Jenderal Kepolisian Khalid Abu Bakar mengatakan seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (16/1/2016), pria tersebut dibekuk pada Jumat, 15 Januari kemarin di stasiun kereta di Jelatik, dekat Kuala Lumpur. Tidak disebutkan identitas pria tersebut.

Penangkapan ini dilakukan oleh unit kontraterorisme Cabang Khusus Kepolisian Malaysia. Kepolisian Malaysia kabarnya akan menyampaikan penjelasan lebih detail mengenai penangkapan tersebut hari ini.

Sebelumnya pada Kamis (14/1) lalu, Khalid mengatakan, Malaysia dalam kondisi siaga tinggi menyusul serangkaian ledakan bom dan penembakan di kawasan Thamrin, Jakarta. Kelompok radikal ISIS telah mengklaim mendalangi serangan teror tersebut.

ISIS menyatakan, serangan itu menargetkan warga asing dan mereka yang memerangi kelompok jihadis tersebut. Sebanyak 7 orang, yakni 2 warga sipil dan lima pelaku tewas dalam serangan di Jakarta tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...