Sabtu, 23 Januari 2016

Putin Terseret Kasus Pembunuhan Eks Agen KGB

London - Surat kabar Inggris menyambut baik hasil penyelidikan pembunuhan mantan agen KGB Alexander Letvinenko yang menyeret Presiden Rusia Vladimir Putin. Beberapa media Inggris bahkan menyebut Putin sebagai preman dalam ulasannya.

Putin Terseret Kasus Pembunuhan Eks Agen KGB

Litvinenko tewas selang 3 minggu usai diracun di hotel mewah Millennium Hotel, London tahun 2006 lalu. Teh hijau yang diminumnya ternyata dicampur radioaktif langka isotop polonium-210. Dia melarikan diri dari Rusia ke Inggris bersama keluarganya, sekitar enam tahun sebelumnya.

Hasil penyelidikan yang dipimpin hakim Inggris Robert Owen akhirnya dirilis pada Kamis (12/1) setelah sekian lama. Dalam laporannya, hakim Owen menyimpulkan pembunuhan Litvinenko sebagai bagian operasi intelijen Rusia yang mungkin disetujui oleh Nikolai Patrushev yang saat itu menjabat Kepala FSB, dinas intelijen Rusia setelah KGB, dan juga oleh Presiden Putin.


Kebanyakan media Inggris, seperti dilansir AFP, Jumat (22/1/2016), mendorong Perdana Menteri David Cameron untuk bertindak lebih jauh menghukum Rusia atas pembunuhan Litvinenko. Meskipun sejumlah menteri Inggris berharap Putin bisa membantu mengakhiri konflik Suriah.

Hubungan Inggris dengan Rusia sendiri sudah lama membeku, sebelum hasil penyelidikan ini dirilis. Sejumlah isu seperti Ukraina, ditembak jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17 turut memicu ketegangan diplomatik kedua negara.

Otoritas Inggris tidak mengumumkan sanksi baru terhadap Rusia usai hasil penyelidikan pembunuhan Litvinenko diumumkan. Melainkan hanya memanggil Duta Besar Rusia di London dan menerapkan pembekuan aset dua warga Rusia, Andrei Lugovoy dan Dmitry Kovtun, tersangka utama dalam kasus ini.

The Times dalam editorialnya menyebut langkah pemerintah Inggris itu sebagai 'formalitas yang bisa ditebak, yang hanya akan memberikan pengaruh kecil'.

"Tidak cukup bagi pemerintah Inggris untuk menyampaikan 'ketidaksenangan mendalam' dan membekukan aset milik dua tersangka di Inggris, yang mungkin memang tidak ada," sebut The Times.

"It's Just Cowardly Folly To Appease This Thug," tulis kolumnis Edward Lucas pada headline kolom Daily Mail, merujuk pada Putin. Lucas menyebut langkah pemerintah Inggris itu sebagai pendekatan yang salah besar.

Sedangkan The Guardian dalam editorialnya menyebut tidak ada kasus lain yang bisa dibandingkan dengan kasus pembunuhan Litvinenko. "Kredibilitas laporan ini tidak diragukan. Langkah lebih tegas, dan bukan hanya level Eropa, saat ini sangat diperlukan," sebut The Guardian. (Detik)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...