Jumat, 30 Mei 2014

Berantas Terorisme, AS Anggarkan Rp58 Triliun

Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, menegaskan tindak terorisme masih termasuk ancaman keamanan terbesar bagi negaranya. Oleh sebab itu, pemerintahnya akan berencana menggelontorkan dana senilai US$5 miliar atau Rp58 triliun untuk menyiapkan dan melatih negara sekutunya agar mampu berperang di garis terdepan melawan tindak terorisme. 

Isu terorisme masih jadi momok bagi AS
Stasiun berita Channel News Asia, Kamis 29 Mei 2014, melansir dana kemitraan ini, ujar Obama dapat membantu negara-negara lain untuk menangani tindak ekstrimisme. Dana itu antara lain akan diberikan kepada negara-negara di Timur Tengah dan Afrika Utara dalam upaya melawan tindak teror, ketimbang mengirimkan pasukan AS ke sana.

Pernyataan itu disampaikan Obama di hadapan para lulusan angkatan militer di West Point Military Academy. Dalam kesempatan itu, Obama turut menyampaikan tujuan dari kebijakan luar negerinya.


Media melansir pernyataan itu dianggap sebagai jawaban atas kritik yang dialamatkan kepadanya bahwa beberapa sikap di krisis internasional dianggap lemah.

Obama menekankan bahwa AS tetap menjadi pemimpin dunia dan tidak dibayangi oleh pemimpin negara lain seperti Presiden Vladimir Putin dan Presiden Xi Jinping.

"Ini inti pidato saya: Amerika harus selalu memimpin pentas dunia. Apabila kita tidak melakukannya, maka tidak ada satu pun yang dapat melaksanakan hal tersebut. Dan militer akan selalu menjadi tulang punggung bagi kepemimpinan tersebut," kata dia.

Kendati begitu, Obama menggaris bawahi bahwa militer tidak selalu menjadi komponen primer bagi kepemimpinan siapa pun setiap saat.

"Jangan hanya karena kami memiliki palu, maka bukan berarti setiap masalah dapat dianggap pakunya," kata Presiden ke-45 AS itu.

Obama melanjutkan setiap krisis tidak harus selalu diselesaikan dengan peperangan. Masalahnya biaya yang dikeluarkan cukup besar.

"Karena biaya terkait tindak militer begitu besar, Anda seharusnya memahami bahwa setiap pemimpin sipil, khususnya panglima tertinggi militer, untuk terlebih dahulu jelas bagaimana kekuatan itu digunakan," kata dia.

Trauma Irak

Dia mengaku masih dihantui oleh kematian banyak pasukan AS, khususnya saat berperang di Irak.

"Saya akan mengkhianati kepercayaan yang Anda berikan kepada saya dan negara yang kita cintai ini, apabila saya mengirim Anda ke jalur yang berbahaya semata-mata saya melihat ada sebuah permasalahan di suatu negara dan perlu untuk diselesaikan atau karena saya khawatir mengenai kritik bahwa campur tangan militer merupakan satu-satunya jalan bagi AS agar tidak terlihat lemah," papar Obama.

Baginya, lanjut dia, perang tidak akan menyelesaikan masalah apa pun.

"Sebagai seorang Presiden, saya membuat sebuah keputsan, kita seharusnya tidak menempatkan pasukan Amerika di tengah-tengah perang sekte. Saya yakin, ini merupakan keputusan yang tepat," tegas Obama.

Pernyataan Obama itu dilontarkan untuk menjawab sikap AS yang tiba-tiba berubah terkait krisis di Suriah. Kendati, tidak jadi menurunkan pasukan, namun Obama menegaskan akan tetap membantu warga Suriah melawan seorang diktator yang kerap membunuh dan membuat rakyatnya kelaparan.  (VivaNews)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...